BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Selama delapan puluh tahun terakhir, para teolog Mesir sering membahas literatur Islam yang berkenaan dengan hadis. Banyak pemikir hadis kontemporer yang muncul di Mesir. Yangmana penggagas pertama adalah Muhammad Abduh. Beliau ingin mengubah metode yang menjadi tradisi dikalangan umat Islam dalam metode belajar ketika itu.
Pada mulanya, para sarjana atau pengkaji ketika itu mengandalkan metode menghafal dan menolak kritik terhadap hadis dalam pembelajarannya. Bahkan juga mengusung ajaran taqlid. Namun Muhammad Abduh penggagas yang ingin membawa metode kritis terhadap sebuah metode pemlajaran. Beliau mengandalkan rasio dalam pemikiran-pemikirannya. Sehingga ia membawa pengaruh terhadap para pemikir setelahnya. Salah satunya adalah Muhammad Husein Haikal yang banyak terpengaruh pemikirannya.
Haikal merupakan salah satu pemikir kontemporer yang sudah menyumbangkan pemikirannya ke dalam karya-karya. Salah satunya adalah buku Hayyatu Muhammad yang sangat monumental. Buku ini dianggap menjadi pelopor buku histiografi modern-ilmiah. Oleh karena itu perlu kiranya untuk kita kaji mengenai Muhammad Husein Haikal.
B. rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, muncullah beberapa rumusan masalah sebagai batasan dalam penulisan ini, diantaranya:
- Bagaimana biografi Muhammad Husein Haikal?
- Apa saja karya beliau?
- Bagaimana deskripsi terhadap kitab Hayyatu Muhammad?
- Bagaimana pemikiran beliau terhadap hadis?
- Apa saja kelebihan dan kekurangan beliau?
BAB II
PEMBAHASAN
- Biografi Muhammad Husein Haikal
Nama lengkapnya adalah Muhammad Husein Haikal. Beliau dilahirkan di desa Kafr Ghanam, distrik Sinbillawain di propinsi Daqahlia, daerah Delta Sungai Nil, Mesir, pada tanggal 20 Agustus 1888. Setelah selesai belajar mengaji al-Qur’an di madrasah di desanya, ia pindah ke Kairo guna memasuki sekolah dasar lalu sekolah menengah sampai tahun 1905. Kemudian meneruskan belajar hukum hingga mencapai lisensi dalam bidang hukum (1909). Selanjutnya, ia meneruskan ke fakultas hukum di University de Paris di Perancis, sampai mencapai tingkat doktoral dalam ekonomi dan politik yang juga memperoleh gelar Ph. D. pada tahun 1912 dengan disertasi berjudul “La Dette Publique Egyptienne”. Di tahun itu juga ia kembali ke Mesir dan bekerja sebagai pengacara di kota Mansura, kemudian di Kairo sampai tahun 1922.
Pada mulanya, Haikal merupakan tokoh yang mencurahkan perhatiannya terhadap kajian mengenai bidang politik dan kritik sastra serta beberapa biografi beberapa tokoh. Banyak karya-karya yang ia hasilkan berkaitan dengan bidang tersebut. namun, ketika Haikal telah berumur setengah abad lebih, ia mulai mencurahkan perhatiannya kepada masalah-masalah Islam. Salah satu karya yang terkenal adalah “Hayyatu Muhammad” (Sejarah Hidup Muhammad). Karya-karya Haikal menduduki tempat penting dalam banyak perpustakaan berbahasa Arab. Bahkan disebutkan juga bahwa penulisan novel modern dimulai oleh Haikal.[1]
Haikal merupakan salah satu tokoh pemikir hadis kontemporer yang banyak mencurahkan buah pemikirannya ke dalam beberapa tulisan. Ia bahkan aktif dalam penulisan di beberapa majalah harian sejak ia telah duduk di bangku kulyah. Di antara majalah tersebut adalah majalah al-Sufur dan al-Ahram, harian al-Mishri, al-Akhbar, dan lain-lain. Novelnya, Zainab, yang mengisahkan kehidupan petani Mesir, mula-mula ditulisnya semasa ia masih mahasiswa di Paris, dan sebagian ditulisnya di London dan di Jenewa, Swis, pada hari libur telah dibuat film dan dalam festival film internasional di Jerman (1952). Die Liebesromanze der Zenab yang ditulisnya sebagai kenangan kepada tanah air dan masyarakat dikampungnya ini, dalam dua kali pertunjukan telah mendapat sambutan yang luar biasa dan telah terpilih pula sebagai film yang paling berhasil, dilukiskan sebagai “Egyptische Welturauffuhrung in Berlin”. Tahun 1938 ia menjabat menteri Negara, kemudian menteri pendidikan lagi dalam tahun 1940 dan 1944. Pada tahun 1943, ia terpilih sebagai ketua Partai Liberal Konstitusi (Liberal Constitutional Party), yang dipegangnya sampai tahun 1952. Berkali-kali mengetahui delegasi yang mewakili negaranya di PBB, konferensi-konferensi internasionalnya, dalam Interparliamentary Union dan secara pribadi terpilih pula sebagai anggota panitia eksekutif lembaga tersebut. pada permulaan tahun 1945 ia terpilih sebagai ketua Majelis Senat sampai tahun 1950.[2]
Karena keahlian beliau, telah banyak buku dan disertasi tentang sejarah hidup Haikal yang telah terbit, diantaranya: beberapa studi tentang Dr. Haikal, oleh beberapa penulis (1958), Mohammed Hussein Haikal, oleh Baber Johansen (thesis Universitas Berlin, 1962), Dr. Mohammad Hussein Haikal, oleh Taha Wadi’ (thesis Universitas Kairo [fakukltas sastra], 1956), Dr. Mohammed Hussein Haikal, oleh Charles Smith (Universitas Michigan, Amerika Serikat, 1968).
- Karya-karya Muhammad Husein Haikal
Banyak buku-buku yang telah dihasilkan oleh Haikal, diantaranya:[3]
- Mengenai sejarah
Hayyatu Muhammad (1935), Fi Manzil al-Wahyi (1937), al-Shiddiq Abu Bakr (1942), al-Faruq Umar (1944-1945) sebanyak dua jilid, ‘Uthman bin ‘Affan (1964), dan al-Imbraturiah al-Islamiyah wa al-Amakin al-Muqaddasah fi al-Syarq’ al-Aushat (Commonwealth Islam dan tempat-tempat Suci di TImur Tengah) berupa kumpulan studi (1960).
- Bidang sastra
Yaumiyyat Baris (1909), Tsaurah al-Adab (1933), Zainab (1914), Waladi (1931), Hakaza Khuliqat (1925), Fi Auqat al-Firaq (1927), ‘Asyarah Ayyam fi al-Suddan (1927), dan Qishash Mishriyyah (1969).
- Bidang politik
Jean Jacques Rousseau (1921-1923) sebanyak 2 jilid, Tarajim Mishriyyah wa Garbiyyah (1929), al-Mishriyyah wa al-Inqilab al-Dusturi (1931), al-Hukumah al-Islamiyyah (1935), Asy-Syarq al-Jadid (1963), dan Mudzakkirat fi al-Siyasah al-Mishriyyah (1951-1953).
- Bidang agama
Al-Iman wa al-Ma’rifah wa al-Falsafah
- Kitab Hayyatu Muhammad
Banyak buku-buku sejarah tentang kehidupan nabi SAW. yang telah ditambah-tambahi dengan hal-hal yang tidak dapat diterima akal hanya demi menguatkan bukunya tersebut. Apa yang ditambah-tambahkan itulah yang dijadikan pegangan oleh kalangan orientalis dan oleh mereka yang ingin mendiskreditkan Islam dan Nabi SAW.
Beberapa upaya telah dilakukan ulama Islam untuk menangkis tuduhan orang-orang Barat yang fanatik. Dan nama Syaikh Muhammad Abduh tentu yang paling menonjol dalam bidang ini. Sayangnya, mereka ini tidak menempuh metode ilmiah. Muncullah kemudian Husein Haikal yang ingin membungkam tuduhan para orientalis ini dengan metode ilimiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Selain untuk mendongkrak semangat para pemuda penerus Islam yang masih diselimuti oleh kekerdilan dan kebekuan berpikir yang terlalu terpesona akan pemikiran orientalis.
Namun , perlu diketahui bahwa terdapat pendapat yang menyatakan bahwa Haikal menulis sejarah Nabi Muhammad adalah sebagai sarana untuk memperoleh dukungan politik bagi partai konstitusionalis liberal dalam berhadapan dengan rezim Ismail Shidqi. Penggunaan Islam sebagai senjata politik oleh partai konstitusionalis liberal itu dimulai pada akhir 1920-an, ketika partai ini berusaha mengubah citra dirinya yang dianggap menentang agama setelah kehebohan yang terjadi.[4]
Adapun mengenai bagian dari kitab ini adalah terdiri dari lima bagian, yaitu: biografi pengarang kitab, pengantar dan beberapa pra-kata seputar latar belakang penulisan termasuk diantaranya pemaparan berbagai tuduhan orientalis terhadap Muhammad, penjelasan seputar keadaan bangsa Arab pra-Islam, pemaparan berbagai peristiwa dan kejadian selama hidup nabi SAW. Dari lahir hingga wafatnya diselingi dengtan komentar para porientalis dan para ulama Islam masa itu, serta komentar dari pengarang kitab itu sendiri mengenai suatu peristiwa yang terjadi, dan tambahan dan lampiran.
Penulisan kitab Hayyatu Muhammad ini sejalan dengan metode ilmiah modern di Barat, yakni sebuah metode yang mengharuskan seorang peneliti bersikap netral dan mengkosongkan prasangka keyakinan dalam hidupnya sebelum melakukan penelitian, kemudian melakukan observasi yang sistematis, terukur dan rasional, bertujuan demim kebenaran. Hal ini dilakukan guna menepis anggapan dari kalangan orientalis mengenai agama Islam adalah agama yang tidak rasional dan dipenuhi mitos beserta takhayul. Oleh sebab itu, Haikal menulis kitab ini berdasarkan sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan, tidak berdasarkan asumsi-asumsi dan serita-cerita khayal semata. Peristiwa yang terjadi terhadap nabi dijelaskan secara logis dan rasional oleh Haikal. Rujukan utama dalam menuis kitab ini adalah al-Qur’an, yangmana merupakan data yang paling otentik mengenai sejarah nabi.
Ada beberapa kritik yang ditunjukkan kepada kitab ini. Dalam buku Kajian Lengkap Sirah Nabawiyah disebutkan bahwa metode yang diusung beliau, yakni metode kontemporer, metode ilmiah dan metode yang benar dan modern tersebut tidak dijelaskan jalur dan jalan-jalannya. Bahkan terlihat bahwa peristiwa-peristiwa dan analisisnya diuraikan tanpa metode atau batas yang jelas. Peristiwa-peristiwa tersebut hanya merupakan kumpulan yang dipilih berdasarkan perasaan pengarangnya dan sesuai dengan pendapat si pengumpulnya.[5]
- Pemikiran Hadis Haikal
Muhammad Husein Haikal merupakan salah seorang pemikir hadis kontemporer yang tidak luput dari pengaruh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Yangmana pada waktu itu, dinamika hadis di Mesir banyak dipengaruhi oleh kedua tokoh tersebut. Kedua tokoh tersebut mengusung cara berpikir kritis atas turats salaf dan meninggalkan taqlid buta. Mereka mempromosikan penggunaan akal dengan beragam tingkat kekuatan demi menentang pemikiran muslim tradisional yang menolak menerapkan kritik keras terhadap literatur hadis. Sebagai pengikut Abduh, Haikal amat mengutamakan kemerdekaan individu dan kebebasan berpikir. Menurutnya, Islam mengajarkan kebebasan berpikir, tak ada pertentangan antar keduanya. Pendapatnya ini dimuat dalam bukunya Al-Iman wa al-Ma’rifah wa al-Falsafah.[6]
Dalam menulis karya-karyanya, Haikal memilih menggunakan metode ilmiah-kritis yang menurutnya merupakan cara yang baik dalam pandangan ilmu pengetahuan sekarang. Ia hendak meneliti suatu studi yang sesuai dengan metode ilmu pengetahuan sekarang dengan harapan bahwa dia akan membuka jalan untuk keberadaan penyelidikan lebih lanjut dan mendalam di bidang yang sama ataupun lebih luas guna menghantarkan manusia pada peradaban modern yang dicari. Dengan mengadakan penyelidikan demikian, Haikal yakin bahwa banyak rahasia yang semula diduga tak dapat dipecahkan akan terungkap.
Menurut Haikal, kalangan orientalis telah banyak yang melakukan aktivitas ini. Sayangnya, dalam penelitian dan penyelidikan tersebut, temperamen dan kecenderungan nafsu masih membayangi mereka. Dalam pengujian akan studi mereka, walau sudah berusaha jujur dan teliti, pasti akan tetap terbayang di depan mereka peristiwa-peristiwa yang diciptakan oleh khayal mereka sendiri. Sehingga bisa dikatakn bahwa masih banyak orientalis yang belum menempatkan posisinya sebagai pengkaji yang harus bersifat obyektif.
Dalam bidang hadis, Haikal mefokuskan penelitiannya pada matan hadis ketimbang sanad hadis. Haikal tidak percaya dengan hadis-hadis yang tidak masuk akal. Dia juga sangat kritis terhadap hadis-hadis Isra’ mi’raj. Dia mengutip beberapa hadis yang dianggapnya shahih secara matan, meski sanadnya lemah. Seperti pada matan dari riwayat Aisyah, Ummu Hani, dan Muawiyah adalah shahih walau sanadnya lemah. Karena semua matannya sesuai dengan al-Qur’an: al-Isra’: al-Isra’: 60, al-Kahfi: 110, an-Nisa: 68.
Menurut Haikal, kriteria yang baik dalam mengukur otentitas hadis ialah seperti seperti yang pernah diriwayatkan nabi SAW. Suatu ketika:
“kamu akan berselisih sesudah kutinggalkan. Oleh karena itu, apa yang dikatakan orang tentang diriku, cocokkanlah dengan al-Qur’an. Mana yang cocok itu dariku dan mana yang bertentangan, itu bukan dari aku”.
Ini adalah suatu kriteria yang tepat, yang sudah menjadi pegangan pemuka-pemuka Islam sejak permulaan sejarah Islam. Dan sampai sekarang mereka sebagai ahli pikir masih berpegang pada ini. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun:
“saya tidak percaya akan kebenaran sanad sebuah hadis, juga tidak percaya akan kata-kata seorang sahabat terpelajar yang bertentangan dengan al-Qur’an, sekalipun ada orang-orang yang memperkuatnya. Beberapa pembawa hadis dipercayai karena keadaan lahirnya yang dapat mengelabui, sedang batinnya tidak baik. Kalau sumber-sumber itu dikritik dari segi matan (teks), begitu juga daari segi sanadnya, tentu akan banyaklah sanad-sanad yang akan gugur karena matan. Orang sudah mengatakan bahwa tanda hadis maudhu’ itu ialah yang bertentangan dengan kenyataan Qur’an atau dengan kaidah-kaidah yang sudah ditentukan oleh hukum agama (syariat) atau dibuktikan oleh akal atau pancaindra dan ketentuan-ketentuan aksioma lainnya”.
Kriteria ini sesuai dengan kaidah kritik ilmiah modern sekarang. Hadis-hadis banyak dipalsukan orang karena adanya unsur fanatik terhadap golongan ataupun unsur politik yang terjadi ketika itu. Bahkan telah banyak hadis-hadis yang bertentangan dengan al-Qur’an. Oleh karena itu, menurut Haikal, validitas atau keotentikan hadis (apakah benar-benar dari nabi atau tidak) maka harus dicocokkan dengan al-Qur’an.[7]
Terkait dengan sumber penulisan sejarah Nabi Muhammad, hadis diposisikan Haikal dalam posisi kedua sesudah al-Qur’an. Dengan kata lian, hadis harus sesuai dengan al-Qur’an dalam penafsiran Haikal. Hal ini dilakukannya guna mengikis cerita-cerita supranatural terkait dengan Nabi SAW. Yang tidak sesuai dengan akal yang ada pada kitab-kitab sejarah kehidupan Nabi dengan menempatkannya sebagai sosok manusia ideal bagi orang-orang modern dan ini merupakan salah satu misi Haikal untuk memberantas takhayul yang menurutnya menjadikan umat Islam stagnan.
Contoh pemikiran Haikal adalah yakni mengenai pandangan Muhammad Husein Haikal mengenai hadis-hadis isra’ mi’raj, mukjizat Nabi saw., serta kritik yang ditujukan kepadanya terkait padangannya tersebut. Konsep kesahihan sebuah matan hadis yang digagas Muhammad Husein Haikal, yakni sesuai dengan al-Qur’an, syariat, akal dan panca indera, dia mengutip tiga hadis yang dianggapnya sahih dari segi matan meskipun lemah dari segi sanadnya sebagai sumbernya, yakni hadis riwayat Aisyah, Umm Hani’, dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Ketiga hadis tersebut Haikal kutip sebagai pendukung pendapatnya yang menyatakan bahwa isra’ mi’raj Nabi Muhammad saw. dilakukan dengan ruh. Untuk menjelaskannya, Haikal membaca isra’ mi’raj dengan konsep wihdat al-wujud dan menganalogikannya dengan teori ilmu pengetahuan modern seperti telepati, gelombang suara, dan hipnotisme. Jika memang isra’ mi’raj dilakukan dengan ruh, bukan jasad, maka hal itu menjadikannya masuk ke dalam kategori sesuatu yang gaib. Dan jika ia termasuk ke dalam ketori gaib, maka pembuktian secara ilmiah pun sulit dilakukan. Sehingga isr’a mi’raj bukanlah mukjizat Nabi saw., tetapi lebih diartikan sebagai kelebihan yang diberikan Allah kepada Rasil-Nya. Oleh karena itu, menurut Haikal, mukjizat Nabi Muhammad saw. sebenarnya adalah al-Qur’an. Karena ia merupakan sesuatu yang sangat manusiawi, rasional, dan ilmiah. Meskipun begitu, ada beberapa kritik yang lancarkan atas pandangannya ini, yang pada intinya menyatakan bahwa Haikal terlalu terlena dengan metode ilmiahnya sehingga kurang memperhatikan hal-hal yang benar jika dilihat dengan metode yang lainnya.[8]
- Kelebihan dan Kekurangan pemikiran Muhammad Husein Haikalaikal tidak Ha
Adapun di antara kelebihan dari pemikiran Muhammad Husein Haikal adalah:[9]
- Sikap kritis terhadap riwayat-riwayat sejarah dan sirah. Sikap kritis Haikal ini terlihat ketika beliau membahas beberapa riwayat yang sekiranya merusak citra Islam secara umum atau bertentangan dengan ilmu dan akal.
- Menggunakan metode ilmiah dengan berbagai pendekatan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu modern. Banyak serangan dan pendapat orientalis yang dibantah oleh Haikal secara ilmiah tidak sekedar emosional dengan menggunakan pendekatan ilmu modern.
- Haikal menggunakan bahasa sastra yang tinggi dan mudah dipahami dalam penyusunan kitab-kitab karangannya.
- Haikal hanya menggunakan sumber-sumber orientalis sebagai sumber pembanding saja atau sebagai pelurus pendapat-pendapat yang beliau kritik.
Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut ini:
- Pola pikir Haikal yang terlalu rasional sehingga tidak mempercayai berbagai mukjizat nabi SAW. yang menurut beliau bertentangan dengan rasio meskipun mukjizat-mukjizaat tersebutt dapat dibuktikan secara historis.
- ukuran validitas hadis yang terlalu sempit. Yakni bahwa validitas hadis dapat dilihat melalui matan hadis yang sesuai dengan al-Qur’an.
- Analisis Penulis
Muhammad Husein Haikal merupakan pemikir yang ikut berperan aktif dalam kajian tentang hadis. Ia telah banyak menyumbangkan pemikirannya melalui berbagai tulisan yang telah banyak dicetak,. Baik dalam beberapa majalah ataupun dalam beberapa buku. Banyak beberpa peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji dari pemikiran Haikal ini keahliannya tersebut. diantara buku yang menjelaskan mengenai Muhammad Husein Haikal adalah buku dari tim mahasiswa jurusan TH-Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (program beasiswa santri berprestasi Kemenag RI). Dalam buku ini dijelaskan secara deskriptif mengenai sosok dan pemikiran Haikal. Menurut hemat penulis, buku ini telah mencakup beberapa poin penting yang menjelaskan tentang pemikiran ataupun buah karya Haikal. Yangmana masih jarang ditemukan mengenai pengkajian tentang Haikal. Namun, masih perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai Haikal untuk memperkaya khazanah mengenai keilmuan, terutama mengenai kajian tentang hadis kontemporer.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Husein Haikal adalah salah satu pemikir hadis kontemporer yang berasal dari Mesir pada abad ke-19. Ia dianggap sebagai pelopor modern-ilmiah dalam buku histografinya. Karya yang paling monumental darinya adalah buku Hayyatu Muhammad. Dalam bukunya tersebut, ia menggunakan al-Qur’an sebagai rujukan utamanya. Ia ingin menepis kaum orientalis yang telah menilai Islam tanpa adanya obyektivitas dalam pengkajiannya. Dalam pemikirannya, Haikal cenderung berpikir rasionalis. Ia menyatakan bahwa validitas hadis diukur dengan matan hadis yang sesuai dengan al-Qur’an.
Adapun di antara kelebihan dari pemikiran Muhammad Husein Haikal adalah:[10] Sikap kritis terhadap riwayat-riwayat sejarah dan sirah, menggunakan metode ilmiah dengan berbagai pendekatan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu modern, Haikal menggunakan bahasa sastra yang tinggi dan mudah dipahami dalam penyusunan kitab-kitab karangannya, Haikal hanya menggunakan sumber-sumber orientalis sebagai sumber pembanding saja atau sebagai pelurus pendapat-pendapat yang beliau kritik. Sedangkan kekurangannya adalah sebagai berikut ini: Pola pikir Haikal yang terlalu rasional sehingga tidak mempercayai berbagai mukjizat nabi SAW. yang menurut beliau bertentangan dengan rasio meskipun mukjizat-mukjizat tersebutt dapat dibuktikan secara historis, ukuran validitas hadis yang terlalu sempit. Yakni bahwa validitas hadis dapat dilihat melalui matan hadis yang sesuai dengan al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Hamidah, Faruq. Kajian Lengkap Sirah Nabawiyah. Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Juynboll, G.H.A.. Kontroversi HAdis di Mesir (1890-1960). Badung: Mizan, 1999.
Rahman, M. Nur. Pandangan Muhammad Husein Haikal Terhadap Hadis Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.. skripsi fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2008,.
Tim Mahasiswa Jurusan TH-Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Program Beasiswa Santri Berprestasi Kemenag RI). Yang Membela dan Yang Menggugat Seri Pemikiran Tokoh Hadis Kontemporer. Yogyakarta: CSS SUKA Press, 2012.
[1] Tim Mahasiswa Jurusan TH-Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Program Beasiswa Santri Berprestasi Kemenag RI), Yang Membela dan Yang Menggugat Seri Pemikiran Tokoh Hadis Kontemporer (Yogyakarta: CSS SUKA Press, 2012), hlm. 112
[2] Tim Mahasiswa Jurusan TH-Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Program Beasiswa Santri Berprestasi Kemenag RI), Yang Membela dan Yang Menggugat…., hlm. 113
[3] M. Nur Rahman, Pandangan Muhammad Husein Haikal Terhadap Hadis Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW., skripsi fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008, hlm. 19-20
[4] G.H.A. Juynboll, Kontroversi HAdis di Mesir (1890-1960), (Badung: Mizan, 1999), hlm. 53
[5] Faruq Hamidah, Kajian Lengkap Sirah Nabawiyah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 154
[6] Tim Mahasiswa Jurusan TH-Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Program Beasiswa Santri Berprestasi Kemenag RI), Yang Membela dan Yang Menggugat…., hlm.118
[7] Tim Mahasiswa Jurusan TH-Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Program Beasiswa Santri Berprestasi Kemenag RI), Yang Membela dan Yang Menggugat…., hlm.121-122
[8] M. Nur Rahman, Pandangan Muhammad Husein Haikal Terhadap Hadis Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW., skripsi fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008, hlm. (bagian abstrak)
[9] M. Nur Rahman, Pandangan Muhammad Husein Haikal Terhadap Hadis Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW., hlm. 26-28
[10] Dalam skripsi M. Nur Rahman, Pandangan Muhammad Husein Haikal Terhadap Hadis Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW., 2008, hlm. 26-28