BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang

Kebesaran Allah swt dapat dilihat melalui tanda-tanda yang diperlihatkan kepada manusia, ini yang sering disebut dengan istilah ayatullah, terkadang tanda-tanda tersebut dapat dilihat pada alam raya ini, tanda-tanda seperti ini sering disebut dengan ayat al-kauniyah, terkadang juga tanda-tanda kebesaran Allah swt dapat diketahui dengan cara mendalami isi kandungan al-Qur’an, yang sering diistilahkan dengan ayat al-Qur’aniyah.

Satu diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang kebesaran Allah adalah bahwa ia menciptakan perbedaan bahasa dan kulit, (واختلاف السنتكم والوانكم ( dari perbedaan bahasa dan kulit diharapkan akan menjadi pelajaran kepada manusia terutama orang-orang terpelajar.

Di dunia ini lebih dari ratusan ribu bahasa logat, diantara ratusan ribu bahasa yang ada hanya bahasa arab yang mendapatkan keistimewaan, karena  dipakai oleh Allah swt sebagai bahasa perantara untuk menyampaikan firmannya kepada manusia dengan al-Qur’an, hal ini sudah pasti bukan faktor kebetulan saja, bahasa arab dipakai sebagai bahasa al-Qur’an karena mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bahasa lain, karena untuk memahami bahasa arab maka diperlukan ilmu bantu lain diantaranya ilmu shorof yang berhubungan perubahan kata, ilmu nahwu yang berhubungan perubahan harakat pada akhir kata, Ilmu balagah, al-bayan dan al-ma’ani yang berkaitan segi keindahannya dan lain sebagainya.

Seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an dan menafsirkannya secara utuh maka syarat utama yang harus dimiliki adalah kemampuan dalam menguasai dan memahami kaidah-kaidah bahasa arab, dan salah satu diantara kaidah-kaidah bahasa arab  tersebut adalah kaidah istifham dalam al-Qur’an.

  1. B.     Rumusan Masalah

Dari pembahasan ,diatas maka pembahasan utama dalam makalah ini akan dibatasi pada rumusan masalah berikut:

1.      Apa  pengertian dari Qawaid al-istifham fi al-Qur’an?

2.      Apa saja adawat Istifham?

3.      bagaimana  penggunaan dan makna istifham dalam Al-Qur’an?

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.    Pengertian dari Qawa’id al-istifham fi al-Qur’an

Istifham berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata istafhama yang berarti istaudhaha. Akar katanya adalah lafadz fahima, yang berarti faham, mengerti, jelas. Akar kata ini mendapat tambahan huruf alif, sin, dan ta’ diawal kata yang salah satu fungsinya adalah untuk meminta. Dengan demikian ia mempunyai arti permintaan penjelasan (thalabul fahmi).[1]

Adapun pengertian istifham secara istilah adalah sebagai berikut, Al-Zarkasyi dalam bukunya Al-burhan fi ulumil Qur’an menjelaskan bahwa istifham ialah mencari pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui[2]. Dalam Mu’jam al Mufashshal dijelaskan bahwa istifham ialah mencari jumlah tentang hakekat nama, jumlah, serta sifat suatu hal[3]. Sedangkan dalam kitab Al Balaghatul Wadhihah istifham[4]. Istifham didefinisikan mencari pengetahuan tentang segala sesuatu yang sebelumnya belum diketahui. Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian istifham mempunyai satu maksud pokok yaitu mencari pemahaman tentang suatu hal sebagaimana yang diungkapkan pengarang kitab al-Itqan fi ulumil Qur’an. [5].

  1. B.     Adawatul Istifham

Adatul istifham terbagi dalam dua kategori. Pertama, huruf istifham yang berupa hamzah atau hal yang berarti apakah. Kedua, isim istifham, yaitu semua adatul istifham selain yang pertama tadi, yakni ma (apa), anna (dari mana), kam (berapa), aina (dimana), ayyu (apa, siapa).

  1. Huruf hamzah, digunakan untuk menanyakan tentang apa atau siapa yang jawabanya memperlukan ya, atau tidak. Seperti firman Allah,

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ

 Artinya : Dan ingatlah ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam. Engkaukah yang berkata kepada orang-oranga, “sembahlah aku dan ibuku sebagai tuhan selain Allah?” kemudian ia berkata, “maha suci Engkau, tidak sepatutnya aku mengatakan perkara yang tidak menjadi hakku.[6] (QS. 5 : 116)

 

  1. Lafadz hal adalah kata tanya untuk konfirmasi, yang memerlukan jawaban ya, atau tidak. Seperti firman Allah,

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ

Artinya : sudah datangkah kepadamu berita(tentang) hario pembalasan?[7] (QS. 88: 1)

  1. Lafadz ma, dan ma dza digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal. Seperti firman Allah,

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ

Artinya : “Apakah yang menyebabkan kamu (orang kafir) masuk saqar (neraka)”? mereka menjawab, “ kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang shalat”.[8](QS. 74: 42-43)

فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ

Artinya: Maka apakah setelah kebenaran kecuali kesesatan(QS. Yunus:32)

  1. Lafadz man dan man dza. Untuk menanyakan makhluk berakal. Seperti firman Allah,

فَمَنْ يَنْصُرُنِي مِنَ اللَّهِ إِنْ عَصَيْتُه

Artinya: Maka siapakah yang akan menolongku dari azab Allah jika saya mendurhakainya. (QS. Al-Hadid:11)

مَنْ ذَاالَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

 Artinya : Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.[9](QS. 2: 245)

  1. Lafadz mata, digunakan untuk menanyakan waktu, baik yang lampau atau yang akan dating. Seperti firman Allah,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Artinya : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.[10](QS. 2: 241)

  1. Lafadz ayyana, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berkenaan dengan waktu yang akan datang. Seperti firman Allah,

يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ

Artinya : Ia bertanya, “ bilakah hari kiamat itu”?[11](QS. 75: 6)

  1. Lafadz kaifa, untuk menanyakan keadaan sesuatu. Seperti firman Allah,

كَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آَيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Artinya : Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus[12].(QS. 3: 101)

  1. Lafadz anna, untuk menanyakan asal-usul, seperti firman Allah,

قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا

Artinya : Zakaria berkata: “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.”[13] (QS. 19: 8)

قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا

Artinya: Ia berkata bagaimana Allah menghidupkan sesuata yang telah mati (, QS. Al-Baqarah: 259)

  1. Lafadz kam, digunakan untuk menanyakan jumlah atau bilangan. Seperti fiman Allah,

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِئَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ.

Artinya : Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah.[14](QS. 2: 259)

  1. Lafadz aina, digunakan untuk menanyakan tempat. Seperti firman Allah,

أَيْنَ تَذْهَبُونَ

Artinya : Maka kemanakah kamu akan pergi?[15] (QS. 81 :26)

  1. Lafadz ayyu, untuk menanyakan apa, atau siapa. Sperti firman Allah,

كَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

 Artinya : Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?[16] (QS. 6: 81 )

  1. C.    Makna dan Pembagian Istifham

Istifham sebagaimana yang telah diuraikan diatas merupakan sebuah pengungkapan yang memiliki bermacam-macam makna, tergantung pada syiyaqul kalamnya. Diantara para ahli berpendapat bahwa istifham yang terdapat dalam al-Qur’an memberikan pengertian bahwa mukhatab (lawan bicara) sesungguhnya mengetahui apa yang ditetapkan dan apa yang dinafikan, seperti dalam QS. 4: 87 dan QS. 76: 1. Dengan pertanyaan ayat-ayat tersebut, Allah mengingatkan makhlukNya perihal perkara yang telah mereka ketahui.[17]

Terkadang istifham keluar dari bentuk pola asalnya sendiri dan mengandung dua makna sekaligus, yakni inkar dan taqrir, seperti dalam QS. 6:81. Di satu sisi orang-orang kafir tidak berhak mendapat jaminan keamanan, dan di sisi lain orang-orang yang beriman berhak mendapatkan keamanan.[18]

Sedangkan dalam Al-Zarkasyi,al-burhan fi ‘Ulum al-Quran, dijelaskan bahwa Pembagian istifham secara umum dibagi dua yaitu istifham yang bermakna khabar dan istifham bermakna insya’.[19]

  1. Istifham bermakna al-khabar, ada dua,
    1. Istifham al-inkari yaitu: apabila ada huruf nafyi yang jatuh setelah huruf istifham atau diatafkan dengan kalimat yang dinafikan. Contohnya

فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ

Artinya : Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali orang-orang fasik(QS. Al-Ahqaf: 35)

فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِين

Artinya :

Maka siapakah yang member petunjuk terhadap orang-orang yang telah disesatkan oleh Allah, dan tidak ada seseorangpun yang menjadi penolong buat mereka

  1. Istifham al-taqriri: yaitu suatu pernyataan yang membawa seseorang kepada suatu kepastian. contoh, QS. Al-Fajr: 5

هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْر

Artinya :

Adakah pada demikian itu terdapat sumpah bagi orang-orang berakal?

  • Ada beberapa macam istifham al-taqriri, yaitu:[20]
  1. Sekedar penguat atau penetapan
  2. Ungkapan kepastian yang mengandung kesombongan. Contoh QS. Al-Zukhruf: 51

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ

Artinya:

Fir’aun berseru kepada kaumnya dan berkata: wahai kaumku bukankah aku yang memiliki kerajaan mesir, dan sungai-sungai yang mengalir dibawahku, apakah kamu tidak melihat

  1. Mengandung celaan. contoh, QS. al-Nisa: 97

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri[342], (kepada mereka) Malaikat bertanya : “Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?”. mereka menjawab: “Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para Malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?”. orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali,”

 

[342] Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu.

قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا

Artinya:

Mereka berkata bukankah bumi allah itu luas maka berhijralah

  1. Mengandung Itab (teguran). Contohnya, QS. Al-hadi: 16

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهوَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقّ

Artinya:

Belum tibakah waktunya orang-orang beriman untuk secara khusyu’ mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diturunkan kepada mereka

  1. Al-Tabkit (celaan). Contoh. QS Al-Maidah, 116

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّه

Artinya:

Dan (ceritakanlah) ketika Allah berfirman “wahai Isa bin Maryam apakah kamu berkata kepada manusia jadikan saya dan ibuku tuhan selain Allah”

  1. Al-Taswiyah yaitu ayat yang dimulai dengan lafaz سواء على  , contoh QS.Yasin: 10

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُون

Artinya:

Sama saja buat mereka apakah kamau memberikan peringatan atau tidak  meraka tidak akan beriman

  1. Al-Ta’zim (pengagungan), contoh. QS: Al-Baqarah, 255

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِه

Artinya:

Siapakah yang bias membeikan syafaat disisnya tanpa izin Allah

  1. Al-Tahwil (mengintimidasi, menakut-nakuti),  contoh, QS: Al-Haqqah: 1-3

الْحَاقَّةُ , مَا الْحَاقَّةُ, وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّة

Artinya:

Hari kiamat ,apakah hari kiamat itu, tahukah kamu apakah hari kiamat itu

  1. Al-Tashil dan Takhfif (memudahkan,meringankan).  contoh, QS.  Al-Nisa: 39

وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللَّهُ

            Artinya:

Dan kenapa bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah swt dan hari kemudian dan menginfakkan sebagian rezki yang telah diberikan Allah kepadanya

  1. Istifham bermakna al-Insya, ada beberapa macam:
    1. Al-Amr bermakna perintah, contoh QS. Al-Nur, 22

أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُم

Artinya:

Apakah kamu tidak suka Allah mengampuni kamu

  1. Al-Nahy bermakna larangan. Contoh, QS. Al-Infitar: 6

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيم

Artinya:

Wahai manusia apakah yang telah memperdaya kamu (sehingga berbuat durhaka) terhadap tuhanmu yang mulia

  1. Al-tahzir (peringatan). Contoh, QS. Al- Mursalat,16

الَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِين

Artinya:

Bukankah kami telah membinasakan orang-orang terdahulu

  1. Al-Tazkir (pengingat). Contoh, QS. Yusuf: 89

قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُون

Artinya:

Tusuf berkata: Tahukah kamu apa yang telah kamu perbuat terhadap Yusuf dan saudaranya, karena kamu tidak menyadari akibat dari perbuatanmu

  1. Al-Tanbih. Contoh,QS. Al-Fil: 1

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيل

Artinya:

Tidakkah engkapa perhatikan bagaiman Allah membinasakan pasukan bergajah

  1. Al-Targib. Contoh, QS. Al-Saf: 10

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيم

Artinya:

Wahai orang-orang beriman maukah kamu saya tunjukkan sesuatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih

  1. Al-Tamanni (pengharapan). Contoh, QS. Al-A’araf:53

فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا

Artinya:

Maka apakah ada pemberi syafaat bagi kami yang akan memberi pertolongan kepada kami

  1.  Al-Istibta’. Contoh, QS. Al-Baqarah: 214

حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Artinya:

Rasul beserta orang orang beriman yang bersamanya bertanya kapan datang pertolongan Allah, ketahuilah bahwa pertolongan Allah sudah dekat.

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. 1.      Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas mengenai kaidah-kaidah istifham, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Adawatul Istifham
    1. Huruf hamzah, digunakan untuk menanyakan tentang apa atau siapa yang jawabanya memperlukan ya, atau tidak.
    2. Lafadz hal adalah kata tanya untuk konfirmasi, yang memerlukan jawaban ya, atau tidak.
    3. Lafadz ma, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal.
    4. Lafadz man  dan, man dza untuk menanyakan makhluk berakal
    5. Lafadz mata, digunakan untuk menanyakan waktu, baik yang lampau atau yang akan dating.
    6. Lafadz ayyana, digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berkenaan dengan waktu yang akan datang
    7. Lafadz kaifa, untuk menanyakan keadaan sesuatu.
    8. Lafadz anna, untuk menanyakan asal-usul.
    9. Lafadz kam, digunakan untuk menanyakan jumlah atau bilangan
    10. Lafadz aina, digunakan untuk menanyakan tempat.
    11. Lafadz ayyu, untuk menanyakan apa, atau siapa.

  1. Pembagian istifham
    1. Istifham bermakna al-khabar, ada dua
      1. a.      Istifham al-inkari
      2. Istifham al-taqriri
      3. Istifham bermakna al-Insya

DAFTAR PUSTAKA

Izzan Ahmad, Studi Kaidah Tafsir Al-Qur’an Menilik Keterkaitan Bahasa-Tekstual dan makna- kontekstual Ayat (Bandung : Humaniora, 2009)

Chirzin Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : PT Bhakti Prima Yasa, 1998)

http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/06/al-ziyadah-dalam-al-al-quran.html , di akses pada tanggal 17-10-2012


1 Ahmad Izzan, Studi Kaidah Tafsir Al-Qur’an Menilik Keterkaitan Bahasa-Tekstual dan makna- kontekstual Ayat (Bandung : Humaniora, 2009), hlm. 33

[2]Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : PT Bhakti Prima Yasa, 1998), hlm.177

[3] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, hlm. 177

[4] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, hlm.177

[5] Ahmad Izzan, Studi Kaidah Tafsir Al-Qur’an, hlm. 33

[6]  Al- Qur’an surat al maidah: 116

[7] Al- Qur’an surat al ghasyiah: 1

[8] Al- Qur’an surat al mudatsir: 42-43

[9] Al- Qur’an surat al baqoroh: 245

[10] Al- Qur’an surat al baqarah: 214

[11] Al- Qur’an surat al qiyamah: 6

[12] Al- Qur’an surat ali imran: 101

[13] Al- Qur’an surat maryam: 8

[14] Al- Qur’an surat al baqarah: 259

[15] Al- Qur’an surat at takwir: 26

[16] Al- Qur’an surat al an’am: 81

[17] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : PT Bhakti Prima Yasa, 1998), hlm.177

[18] Muhammad Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an (Yogyakarta : PT Bhakti Prima Yasa, 1998), hlm.177

[19] Al-Zarkasyi,al-burhan fi ‘Ulum al-Quran dalam http://sanadthkhusus.blogspot.com/2011/06/al-ziyadah-dalam-al-al-quran.html , di akses pada tanggal 17-10-2012